Senin, 25 Agustus 2008

REFLEKSI SEBUAH DEBU...

oleh : penyejuk hatimu

Manusia dengan berbagai kelebihannya dibandingkan dengan mahluk Tuhan yang lain, senantiasa memiliki keinginan untuk hidup dengan lebih baik. Perubahan demi perubahan terjadi di tengah-tengah kehidupan peradaban manusia dari masa ke masa mengalami dinamika yang tanpa henti. Perubahan tersebut seiring dengan berkembangnya tingkat pola berpikir manusia itu sendiri

Muncul dan berkembangnya kultur, mengakibatkan terciptanya hasil karya budaya manusia. Semakin berkembangnya kultur itu, manusiapun mengalami perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin lama semakin kompleks. Dengan berbagai bais ideologi dan kepentingan yang dimiliki manusia, muncullah berbagai produk teknologi guna memenuhi kebutuhan manusia yang semakin kompleks pula. Semua itu hanyalah untuk memenuhi keinginan manusia yang haqiqi, yakni keinginan untuk hidup dalam bentuk yang lebih baik.

gerakan sosialpun muncul dan berkembang juga tidak lepas dari keinginan manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Gerakan-gerakan tersebut memiliki kekayaan bentuk dan ragam baik yang didorong karena ideologi, tuntutan kebutuhan dan ekonomi, maupun dikarenakan dorongan-dorongan lainnya. Ambil saja sebuah contoh perubahan di Eropa, sebuah benua yang konon menjadi barometer peradaban manusia. Eropa mengalami berkali-kali perubahan sosial. Perubahan itu muncul dikarenakan adanya gerakan-gerakan sosial dari berbagai latar belakang. Eropa berubah dari zaman kegelapan (the dark ages) menjadi renaissance dan terjadinya revolusi indusustri, itupun diakibatkan adanya gerakan sosial. Begitu pula ketika Eropa berubah dari bentuk masyarakat feodal menjadi masyarakat kapitalis liberal, itupun juga muncul karena adanya gerakan sosial yang kesemuanya itu memiliki sebuah niatan yang sama, yakni hidup dengan lebih baik.

Akan tetapi yang menjadi permasalahan ialah, bagaimanakah format hidup yang lebih baik itu?. Memakai standar apakah sebuah kehidupan dikatakan lebih baik dibandingkan kondisi sebelumnya?. Ini merupakan sebuah pertanyaan besar yang tentu saja sangat sulit menemukan jawabannya. Apalagi apabila kita melihat kehidupan sekarang yang lebih kompleks, serba instant dengan label modernitas yang dihasilkan oleh roda industrialisasi. Manusia seolah dibuai dengan berbagai kemudahan, fasilitas dan prasarana yang serba ada ditopang oleh teknologi yang serba canggih. Apakah ini yang disebut dengan pola kehidupan ideal? Jawabannya ialah “belum tentu!”. Banyak sekali terdapat kekurangan dan kelemahan dari model kehidupan seperti itu. Banyak sekali problematika yang dihasilkan dari modernitas. Berbagai pertanyaan kemudian muncul, bagaimana mengatasi sampah plastik yang tidak bisa didaur ulang? bagaimanakah mengatasi ketimpangan sosial dan ekonomi dimana-mana? Bagaimanakan mengatasi kemacetan di jalan raya akibat kepemilikan kendaraan yang tidak terkontrol? Bagaimanakah mengatasi padatnya pemukiman penduduk dengan laju pertumbuhan penduduk yang sulit dikendalikan?. Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan besar serupa yang sangat sulit kita temukan jawabannya.

Sebagai sebuah tetesan air yang menghilangkan dahaga sesaat, barangkali semua problem kehidupan yang muncul tersebut hanya dapat kita kembalikan kepada hati nurani kita masing-masing. Bahwa kita hidup dengan manusia lainnya yang berjuta jumlahnya. Hanya nilai-nilai solidaritaslah yang masih kita punya saat ini. Solidaritas yang selalu memikirkan sesama, tentang hidup dan kehidupan yang tiada abadi.


Tidak ada komentar: